Iklim usaha yang kondusif di Kabupaten Jember, seharusnya menjadi daya tarik bagi para pengusaha luar wilayah ini untuk berinvestasi. Namun, rumus umum itu sepertinya tidak berlaku di Jember. Bahkan, Ikatan Pengusaha Jember (IPJ) merilis data, jika Jember tidak lagi menjadi kota besar ketiga di Jawa Timur, seperti yang terjadi beberapa tahun lalu. Setelah Surabaya dan Malang, kota besar ketiga justru dididuki oleh Kota Pasuruan dan Sidoarjo, bukannya Jember. Bahkan, rata-rata laju pertumbuhan perekonomian di Jember, saat ini, masih di bawah kota lain di wilayah tapal kuda, seperti Banyuwangi, walaupun peringkat Jember masih berada di urutan ke-5 Propinsi Jawa Timur.
Menurut Ketua IPJ, Agus Susanto, banyak faktor yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Jember, tertinggal. Misalnya, banyaknya pejabat birokrasi di jajaran Pemkab Jember, yang terlibat dugaan kasus korupsi dan tengah menjalani proses hukum. Akibatnya, para investor akan berfikir ulang untuk menanamkan modalnya, apabila mereka melihat kondisi ini. Sementara faktor lainnya, adalah sarana transportasi yang tersedia. Menurutnya, Jember belum memiliki sarana transportasi udara, yang memudahkan para pengusaha maupun para investor, untuk berkunjung ke Kota Jember. Lamanya perjalanan darat dari ibu kota Propinsi di Surabaya ke Jember, juga menjadi pertimbangan tersendiri bagi para pengusaha dan investor, untuk datang. Jika dibandingkan dengan Kota Banyuwangi, sangat wajar jika banyak investor yang lebih melirik kota gandrung itu, untuk menanamkan modalnya. Pasalnya, di daerah itu tersedia sejumlah sarana transportasi yang dapat diakses, seperti transportasi udara, darat, juga laut. Selain itu, lokasinya juga sangat strategis karena berdekatan dengan Pulau Bali. Dengan data yang telah dipaparkannya tadi, Agus menuturkan, hingga sekarang, para pengusaha yang tergabung dalam IPJ, akan berusaha keras untuk membangkitkan perekonomian di Jember, untuk lebih maju lagi.