Dana penelitian dalam jumlah besar yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Indonesia di Jember, untuk membiayai berbagai kegiatan penelitian mulai Tahun 2011 hingga sekarang, ternyata tidak kunjung diganti oleh pemerintah pusat. Akibatnya, mereka harus memutar otak untuk menutupi krisis keuangan ini. Setelah dilakukan pengkajian mendalam, akhirnya Puslit Kopi dan Kakao memutuskan untuk membentuk divisi bisnis, yang bertujuan menjual hasil penelitian mereka kepada pihak swasta, guna mendanai kegiatan penelitian selanjutnya.
Ketua Kelompok Pasca Panen Puslitkoka Indonesia, Misnawi, mengatakan, selama ini, pemerintah tidak memberikan dana sedikitpun, untuk membantu membiayai kegiatan penelitian yang dilakukan para penelitinya. Padahal, seharusnya 90 persen pendanaan proyek yang dilakukan oleh lembaganya, ditanggung oleh pemerintah. Disebutkan, dana yang dibutuhkan oleh Puslitkoka Indonesia untuk melakukan kegiatan penelitian, setiap tahunnya, mencapai Rp. 30 Milyar. Akibat ketiadaan pasokan dana dari pemerintah pusat tadi, maka Puslitkoka Jember terpaksa harus mencari dana sendiri, agar mereka mampu bertahan hidup dan melakukan pengembangan penelitian. Guna mengatasi permalahan pelik ini, Puslit Kopi dan Kakao Indonesia di Jember menggunakan sistem pembagian dua divisi, di dalam manajemen kerjanya. Dua divisi tadi, adalah divisi penelitian yang bertugas untuk melakukan riset atau pengembangan dan penelitian. Sementara yang kedua adalah divisi bisnis, yang bertugas untuk menjual dan mempromosikan hasil riset yang aplikatif dan berguna bagi masyarakat maupun perusahaan. Namun, dia memastikan, tidak semua hasil riset Puslitkoka dijual, karena hanya sekitar 75 persen saja hasil penelitiannya yang dilakukan promosi dan penjualan. Beberapa hasil penelitian yang bersifat aplikatif dan dapat dimanfaatkan langsung, diantaranya bibit tanam kopi dan kakao yang dijual kepada penangkar, atau alat pengelolaan kopi maupun kakao, yang dijual dan digunakan oleh perusahaan swasta maupun masyarakat. Meskipun Puslit Kopi dan Kakao saat ini termasuk lembaga penelitian mandiri, yang membiayai sendiri setiap kegiatan riset yang dilakukan, namun Misnawi tetap berharap, pemerintah pusat tetap memberikan bantuan pendanaan, sebagai bentuk penghargaan kepada setiap hasil penelitian yang mereka lakukan.