Berita pembubaran boyband TOHOSHINKI oleh agen management AVEX Jepang yang telah direlay oleh sokaradio.com, akhirnya pihak Korea pun menerima kenyataan ini sebagai berita penutupan buku TOHOSHINKI untuk selamanya.
Pembubaran di masa puncak ini memang sangat disesalkan, tapi perseteruan antara 3 personil Jejung (Hero), Yuchun (Micky) dan Junsu (Xiah) dengan agen SM Entertainment Korea (selanjutnya disebut SM), justru telah berefek pada keretakan - suatu jurang pemisah yg fatal - dengan 2 personil lainnya: Yunho (U-Know), Changming (Max). Keretakan dan perseteruan ini akhirnya yang membawa dampak sulitnya untuk mereka ber-lima berdiri lagi diatas pentas yang sama, untuk melakukan performance sebagai group TOHOSHINKI untuk selamanya.
Bulan Juli tahun lalu, pihak Jejung cs telah meng-eklaim agen SM, bahwa kontrak jangka panjang selama 13 tahun adalah merupakan kontrak kerja yang tidak adil dan menggugat untuk segera di batalkan.
Menurut kantor lawyer yang ditunjuk oleh Jejung cs, sejak debut TOHOSHINKI di tahun 2004, pihak TOHOSHINKI selalu disusun jadwal dan aktivitas yang berlebihan oleh pihak SM dengan sewenang-wenang, sehingga selain 3 - 4 jam untuk jam tidur, dapat dikatakan tidak ada waktu bebas lainnya.
Demikian pula dengan royalty penjualan album yang ditentukan dengan peraturan sepihak pula, yaitu bilamana album yang dirilis terjual diatas angka 500 ribu kopi, maka pada perilisan album berikutnya masing-masing personil TOHOSHINKI baru mendapatkan imbalan sebesar 10 juta Won (sekitar 81 juta Rp). Apabila penjualan dibawah 500 ribu kopi, maka tidak akan mendapatkan pembagian seper sen pun juga. Disamping itu denagn diterapkan strategy perluasan jaringan TOHOSHINKI di luar Korea: China dan Jepang, pihak SM telah membebani jadwal yang berlebihan yang berdampak pada kondisi bertambahnya beban dan memburuknya fisik maupun mental dan terjangkitnya stress yang susah dikendalikan oleh para personil sendiri.
Di Korea sendiri, kontrak TOHONSHINKI dituding sebagai "kontrak perbudakan".
Pihak lawyer Jejung menambahkan bahwa apa yang diimpikan oleh para seniman sebagai "dreams come true" akhirnya tidak lebih hanya dipergunakan sebagai alat untuk pemasukan/income agen belaka, untuk itu memintan segera dilepaskan dan kedepannya masing-masing personil bersolo karir, yang mana memungkinnkan untuk bertindak atas inisiatif sendiri.
Sementara itu, di dunia entertainment Korea sendiri ada membela pihak SM bahkan sebagian menghujat perbuatan Jejung cs ini adalah suatu tindakan penghianatan terhadap agen yang telah dengan susah payah dan menginvestasikan biaya yang cukup besar untuk membesarkan nama mereka. Sebagai agen adalah sah-sah saja dan malah ini merupakan satu-satu jalan mengikat artis tersebut dalam jangka panjang untuk pencapaian break-even point.
Sistem management yang dianut oleh para agen entertainment Korea, dalam sepuluh tahun terakhir ini telah runtuh total. Pihak sang artis menyalahkan pihak agen atas jadwal yang berlebihan, tetapi pihak agen pun mempunyai alasan yang tepat pula. Dengan tersebarnya penggunaan internet dan menjalarnya pembajakan liar, sehingga membuat penjualan album turun drastis, Sebelumnya album bisa terjual diatas 1 juta kopi dengan penghasilan 5 Miliyar Won sekarang ini sudah tak berbekas sama sekali. Satu-satu jalan untuk mengcover pemasukan dan bertahan, mau tidak mau pihak agen harus menggerakan sang artis dengan segala upaya, ntara lain menambah kegiatan-kegiatan konser dan event-event lainnya.
Kekacauan yang terjadi pada TOHOSHINKI dengan apa yang disebut "kontrak perbudakan" oleh Jejung cs telah membawa dampak negatif pula pada dunia entertain pada umumnya, semua agen sudah terlihat mulai enggan untuk mencari dan membina bibit/pendatang baru... akan menyusutkah dunia idol ini...?
(zay, Yokohama Apr 2010)