Sebanyak 60 ribu balita di Kabupaten Jember menderita kurang gizi atau stunting. Hal tersebut mengakibatkan Jember menduduki peringkat lima penderita stunting di Jawa Timur. Demikian disampaikan Direktur NGO Prakarsa Jawa Timur, madekhan usai acara diskusi bersama Dinas Kesehatan, Perwakilan Media, Akademisi Universitas Jember dan sejumlah lembaga Swadaya masayarakat, Kamis (30/8/2018) pagi.
Made menjelaskan, stunting merupakan gizi buruk yang dialami balita sejak lama akibat kekurangan gizi. Penderita stunting akan mengalami kelainan pada fisik tubuh maupun tingkat kecerdasan dibandingkan dengan anak normal lainnya.
Made mengaku pihaknya sudah melakukan survey ke sejumlah Kecamatan selama 3 bulan terkait gizi buruk. Dari hasil survey tersebut, diketahui beberapa penyebab tingginya angka stunting di Kabupaten Jember, salah satunya dikarenakan kondisi posyandu yang kurang layak akibat kurangnya perhatian dari pemerintah daerah.
Untuk menyelesaikan persoalan stunting ini, lanjut Made, harus ada sinergi semua pihak. Pemkab Jember diminta agar tidak hanya fokus pada pembangunan infrastruktur saja, melainkan juga memberikan perhatian lebih terhadap persoalan kesehatan, termasuk stunting. Selain itu, dia berharap, Perguruan Tinggi di Kabupaten Jember bersedia memberikan rekomendasi kepada Pemkab berdasarkan hasil penelitian stunting yang pernah dilakukan, sehingga persoalan stunting bisa tuntaskan secara masiv.