Program Sehari Tanpa Nasi atau One Day No Rice yang digagas oleh Walikota Depok, Nur Mahmudi Ismail, ternyata menjadi daya tarik bagi pengembangan ketahanan pangan di Indonesia. Pasalnya, Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil, ternyata memiliki berbagai bahan makanan asli yang khas, di masing masing wilayah itu. Tetapi sampai sekarang, pengembangan atas potensi pangan di daerah tadi belum dapat berkembang dengan baik, karena pengaruh budaya luar yang menjadikan beras sebagai tolak ukur makanan bergizi. Padahal, kondisi itu dapat melemahkan ketahanan pangan di negeri ini. Masalah inilah, yang selanjutnya membuat Nur Mahmudi Ismail, berbicara mengenai masalah ketahanan pangan di Universitas Jember (Unej), dalam sebuah seminar Hari Sabtu siang tadi.
Menurut Nur Mahmudi Ismail, ketahanan pangan suatu negara merupakan inti dari kemakmuran dan kesejahteraan seluruh warga dari negara itu. Sehingga, jangan sampai persoalan pangan suatu negara harus bergantung kepada negara lainnya. Selama ini, Indonesia mempunyai sumber daya alam yang baik dan mempunyai bahan makanan yang beraneka ragam, di berbagai daerah. Tetapi lambat laun, bahan makanan tadi akan lenyap, karena adanya pengaruh luar yang menjadikan beras sebagai tolak ukur makanan paling baik, saat ini. Program Sehari Tanpa Nasi atau One Day No Rice yang dilakukannya di Kota Depok, merupakan langkah yang diambil guna mengembalikan sistem ketahanan pangan di wilayah itu. Tetapi tidak hanya sebatas wilayah Kota Depok saja, mantan Menteri Kehutanan ini juga berobsesi semua daerah kembali memikirkan sumberdaya pangan yang dimilikinya. Ada beberapa faktor yang perlu diubah dalam pengembangan ketahanan pangan. Pemerintah daerah harus dapat mencerdaskan masyarakatnya, agar mereka tahu jenis pangan yang baik untuk dikonsumsi, seperti umbi-umbian asli di daerahnya, termasuk potensi tanaman yang cocok dibudidayakan, dan peningkatan produksi pangan asli daerah serta pemasarannya. Nur mahmudi juga meminta masyarakat jangan sampai terbujuk rayuan dan propaganda luar, sehingga mereka tergantung dengan negara lain akibat bahan pangan yang tersedia dihasilkan oleh negara luar.