Sikap kekanak-kanakan ditunjukkan oleh Pembantu Rektor (PR) I Unej, Agus Subekti. Kalah dalam ajang Pemilihan Rektor (Piltek) Unej, pada Bulan November lalu, Agus yang juga berstatus sebagai guru besar, dilaporkan boyongan kantor keluar dari Gedung Rektorat, dan menempati kantor baru tanpa sepengetahuan Rektor Unej, Moh. Hasan.
Mengetahui permasalahan ini, seorang aktivis dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Unej, Rozik, Hari Senin siang, menjelaskan, sikap yang dipraktekkan Agus Subekti, menunjukkan jika dia kurang legowo atas kekalahannya dalam ajang Pilrek Unej. Dengan demikian, yang bersangkutan tergolong sebagai calon yang tidak siap kalah. Padahal, sebagai seorang akademisi, semestinya harus menunjukkan sikap yang baik dan legowo. Sikap tadi, justru jauh lebih elegan, ketimbang dia langsung pindah kantor. Rozik juga menilai, tindakan itu sebagai sikap Agus Subekti yang keliru, sehingga makin memperburuk hubungannya dengan Rektor Unej, yang saat ini menjabat.
Sementara itu, Kabag Humas Unej, Rokhani, saat dikonfirmasi wartawan, membenarkan kegiatan pindah kantor yang dilakukan Pembantu Rektor (PR) I, dari Gedung Rektorat Unej. Namun, dia membantah, tindakan Agus Subekto tadi akibat kekalahan yang dialaminya dalam ajang Pilrek lalu. Agus memilih untuk berkantor di Ruangan Biro Administrasi, Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK), yang secara kebutulan juga pindah lokasi. Tentang alasan kepindahan PR I ini, dimungkinkan untuk memudahkan koordinasi antara PR I dengan Biro Akademik yang berada di bawah naungannya. Rokhani menerangkan, kepindahan Agus Subekti yang berkantor di Ruang BAAK tadi, sudah dimulai sejak Tanggal 30 Januari yang lalu.
Tetapi kejanggalan justru terjadi, ketika kepindahan itu ternyata tanpa sepengetahuan dari Rektor Unej, M. Hasan. Dalam SMS yang dikirimnya kepada sejumlah wartawan yang menanyakan masalah ini, Hasan menjelaskan, belum mengetahui persoalan kepindahan kantor bawahannya itu.