Hampir berakhirnya musim penghujan, ternyata berdampak besar terhadap kesehatan masyarakat Jember. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, sejak dua bulan terakhir, jumlah penderita Hepatitis A di Jember, dilaporkan mengalami peningkatan tajam. Di Bulan Januari lalu, jumlah penderitanya mencapai 20 orang, sementara untuk Bulan Februari, tercatat 50 orang telah terserang penyakit ini. Berdasarkan angka tadi, maka jumlah korban ganasnya penyakit Hepatitis A di Jember mencapai 70 orang, dan 80% diantaranya berstatus sebagai mahasiswa.
Humas Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemkab Jember, Yumarlis SH, mengatakan, jumlah penderita Hepatitis A tadi, menunjukkan peningkatkan dibandingkan dengan yang terjadi di Tahun 2011 lalu. Pasalnya, jumlah masyarakat yang terserang Hepatitis A di Tahun 2011, hanya sebanyak 109 orang, sementara untuk tahun ini, dalam jangka waktu 2 bulan saja, korbannya telah mencapai 70 orang. Dia menyebutkan, Hepatitis A banyak menyerang warga yang bermukim di wilayah Kecamatan Sumbersari, Patrang, Kaliwates, Kalisat dan Puger. Namun di antara sejumlah daerah yang disebutkannya itu, yang paling banyak korbannya adalah warga Kecamatan Sumbersari, khususnya di Lingkungan Kampus Tegalboto. Penyakit Hepatitis A muncul akibat serangan Virus Hepatitis A (V-H-A), yang penularannya melalui makanan dan minuman. Virus ini muncul di daerah yang tidak bersih, atau airnya telah terkontaminasi virus tadi. Ciri-ciri penderita penyakit ini, adalah tubuh lemas, perut mual dan disertai nyeri. Oleh masyarakat awam, penyakit ini biasanya disebut sebagai Sakit Kuning. Terkait metode pengobatan atas penyakit ini, selain dilakukan terapi medis, juga disarankan untuk bed-rest alias istirahat total. Di wilayah Kecamatan Sumbersari, penyakit ini disebutkan banyak menyerang kalangan mahasiswa. Kemungkinan, para mahasiswa mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi virus, atau peralatan makan dan minum yang mereka gunakan telah terkontaminasi virus ini. Dugaan ini muncul, dengan menilik kebiasaan mereka yang seringkali jajan di warung lesehan, yang metode mencuci piringnya tidak pernah diganti airnya. Atas kondisi ini, Yumarlis meminta masyarakat terutama pedagang kaki lima yang menjual makanan siap saji, untuk menjaga kebersihan barang dagangannya, termasuk kualitas air yang mereka gunakan untuk mencuci peralatan makan dan minum yang digunakan.